Matahari Terbenam di Tarusan Kamang

       Tarusan kamang menjadi objek yang tak pernah bosan untuk difoto. Setiap sisinya menyajikan keindahan yang berbeda dan setiap waktunya menghasilkan pesona yang sangat beragam.

       Seperti yang telah ditulis pada artikel sebelumnya bahwa Tarusan Kamang merupakan danau mini yang unik dan juga terbilang ajaib. Hal ini karena waktu muncul dan surut airnya tak pernah bisa diperkirakan oleh siapapun. Menurut ahli geologi yang pernah meneliti tempat ini, Tarusan Kamang terhubung dengan sungai-sungai bawah tanah yang terdapat dibawah Tarusan Kamang itu sendiri. Apabila air dari sungai bawah tanah surut, maka air dari Tarusan pun ikut surut dan begitu juga sebaliknya. Meskipun telah diketahui sebab muncul dan surutnya air Tarusan Kamang, tetapi hanya Allah yang mengetahui kapan air Tarusan Kamang muncul atau surut.
Tarusan Kamang di Sore Hari
  Sumber: Pribadi


       Pemandangan Tarusan Kamang pada sore ini sangat indah. Beberapa rakit tertambat di bibir Tarusan setelah seharian 'bekerja' untuk membawa para pengunjung yang datang menyusuri Tarusan Kamang. Perbukitan yang mengelilingi Nagari Kamang begitu indah meski
hanya tampak sebagai siluet dari cahaya matahari yang mulai menghilang dari angkasa.

       Matahari terbenam disini mengingatkan kepada salah satu film yang diadaptasi dari novel karya Buya Hamka, yaitu Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Terdapat sebuah scene yang bertempat di Tarusan Kamang dimana Hayati memberikan selendangnya kepada sang kekasih, Zainuddin yang akan pergi meninggalkan desa Batipuh.
Suasana perisahan pada sore itu begitu haru. Zainuddin pamit pada Hayati sembari diiringi pula pamitnya sang surya menuju ufuk diujung barat cakrawala. Langit keemasan dan cahaya matahari pun berangsur-angsur menghilang, hanya isak tangis Hayati dan ucapan pamit dari Zainuddin yang terdengar waktu itu seakan alampun ikut terdiam menyaksikan apa yang terjadi di sore itu.

Komentar

Postingan Populer